Mak Cacih (52) sudah puluhan tahun menghuni gubuk reyot di Kampung Situawi, RT 2 RW 2, Kelurahan Karangtengah, Kecamatan Gunungpuyuh, Kota Sukabumi, Jawa Barat. Ia bersama suami, Santoso, dan anaknya, Raharja (32), menempati rumah tinggal yang kini bangunannya miring dan rusak.
Perekonomian keluarga yang terbatas membuat Mak Cacih tak dapat berbuat banyak sehingga memilih membiarkan fisik rumah rusak parah. Gubuk ditempati Mak Cacih berukuran 4 x 3 meter persegi yang berlantai tanah.
Perekonomian keluarga yang terbatas membuat Mak Cacih tak dapat berbuat banyak sehingga memilih membiarkan fisik rumah rusak parah. Gubuk ditempati Mak Cacih berukuran 4 x 3 meter persegi yang berlantai tanah.
"Suami saya kondektur tembak, sementara putra saya tukang bangunan. Boro-boro mau rehab rumah, uang sehari-hari cuma cukup untuk makan," kata Mak Cacih ditemui detikcom di kediamannya, Senin (4/9/2017).
Ada tiga ruangan di gubuk Mak Cacih. Area dapur, ruang tamu yang bersatu dengan kamar dan ruangan kecil yang menurut Mak Cacih ialah kamar putranya. Hampir seluruh kuda-kuda penahan atap terbuat dari bambu, sebagian genting terlihat menganga.
"Kalau hujan turun, sudah pasti air langsung menggelontor masuk. Saya siapkan ember, tapi kalau hujan makin besar saya ngungsi ke rumah tetangga karena kena angin sedikit saja rumah goyang-goyang," tuturnya.
Sejak 1,5 tahun, menurut dia, tempat tinggalnya tiba-tiba miring. Penyebabnya karena kayu yang sudah lapuk tidak lagi sanggup menahan berat atap.
"Sudah lapuk, kena air lama-lama ringkih," ujar Mak Cacih.
Iwan Kusnadi (42), tetangga dekat sekaligus kerabat Mak Cacih, membenarkan kisah tersebut. Dia menjelaskan, gubuk Mak Cacih sudah hampir setahun dalam kondisi miring dan nyaris runtuh.
"Kalau hujannya deras dan angin kencang keluarga Mak Cacih mengungsi ke rumah saya. Ditadah pakai ember juga tetap meluap, airnya basah kemana-mana," tutur Iwan.
"Warga sudah pernah mengusulkan sampai ke tingkat kelurahan, katanya Agustus mau ada bantuan tapi ternyata enggak ada," ucapnya.
Menurut Iwan, kesulitan yang diutarakan pihak pemerintah untuk melakukan rehab rumah Mak Cacih karena rumah itu berdiri di atas tanah milik Hj Dedeh warga setempat. "Jadi almarhum mertua Mak Cacih sudah sewa sejak berpuluh tahun yang lalu ke pemilik tanah, jadi bantuan tidak bisa diproses," tutur Iwan.
(bbn/bbn/detikcom)
Atap gubuk dihuni Mak Cacih dan keluargan terlihat bolong. (Foto: Syahdan Alamsyah/detikcom)
|
"Kalau hujan turun, sudah pasti air langsung menggelontor masuk. Saya siapkan ember, tapi kalau hujan makin besar saya ngungsi ke rumah tetangga karena kena angin sedikit saja rumah goyang-goyang," tuturnya.
Sejak 1,5 tahun, menurut dia, tempat tinggalnya tiba-tiba miring. Penyebabnya karena kayu yang sudah lapuk tidak lagi sanggup menahan berat atap.
"Sudah lapuk, kena air lama-lama ringkih," ujar Mak Cacih.
Sejak 1,5 tahun rumah ditempati Mak Cacih ini keadaannya miring. Foto: Syahdan Alamsyah
|
"Kalau hujannya deras dan angin kencang keluarga Mak Cacih mengungsi ke rumah saya. Ditadah pakai ember juga tetap meluap, airnya basah kemana-mana," tutur Iwan.
"Warga sudah pernah mengusulkan sampai ke tingkat kelurahan, katanya Agustus mau ada bantuan tapi ternyata enggak ada," ucapnya.
Menurut Iwan, kesulitan yang diutarakan pihak pemerintah untuk melakukan rehab rumah Mak Cacih karena rumah itu berdiri di atas tanah milik Hj Dedeh warga setempat. "Jadi almarhum mertua Mak Cacih sudah sewa sejak berpuluh tahun yang lalu ke pemilik tanah, jadi bantuan tidak bisa diproses," tutur Iwan.
(bbn/bbn/detikcom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar