Mendekati tanggal 30 September, masyarakat Indonesia kini tengah dihebohkan dengan wacana pemutaran ulang film G30S/PKI. Nah buat kamu yang belum tahu, yuk intip fakta-fakta unik di balik film ini!
Mendekati akhir bulan September, Film Pengkhianatan G30S/PKI kembali
menjadi buah bibir. Film yang pernah menjadi tontonan wajib di era Ora
Baru dulu rencananya akan kembali diputar pada 30 September mendatang.
Belum juga diputar, wacana tersebut telah memicu berbagai reaksi dari
pro hingga kontra.
Mulanya rencana penayangan film G30S/PKI dicetuskan oleh TNI AD dengan menginstruksikan para prajuritnya untuk nobar film tersebut.
Kepala Pusat Penerangan TNI, Brigadir Jenderal Wuryanto mengatakan, “Tanggal 30 September merupakan momen yang sangat penting bagi bangsa Indonesia. Saat ini banyak sekali upaya pemutarbalikan fakta sejarah peristiwa 30 September 1965.”
Wuryanto berharap dengan pemutaran film G30S PKI, generasi muda dapat
melihat sejarah di mana sejak era reformasi, pendidikan Pancasila,
sejarah dan budi pekerti sangat kurang diajarkan di bangku sekolah.
“Upaya oleh sekelompok orang untuk pencabutan TAP MPRS No XXV/1996,
upaya mendorong pemerintah minta maaf kepada PKI dan lainnya,” jelas
Wuryanto.
Di balik pro dan kontra yang mewarnai pemutaran kembali film G30S
PKI, ada beberapa fakta mengenai film tersebut yang wajib untuk
diketahui.
Buatan Pemerintah Soeharto
Film G30S/PKI tayang perdana pada tahun 1984. Sejak saat itu film
tersebut menjadi tontonan wajib bagi setiap pelajar, PNS dan perusahaan
daerah. Sesuai dengan judulnya, film ini pun tayang di tanggal 30
September. Tak hanya itu saja, film G30S/PKI tercatat pernah mengudara
di TVRI setiap tanggal 30 September pukul 10.00 WIB.
Biaya Pembuatan Fantastis
Film ini menelan biaya yang sangat besar di kala itu yakni senilai
800 juta rupiah. Angka tersebut sangat wajar mengingat film ini
berdurasi selama 3 jam 37 menit dengan mengerahkan lebih dari 10 ribu
pemain.
Diadaptasi dari Buku
Pembuatan film bertemakan sejarah tak bisa main-main karena harus
sesuai dengan fakta yang ada. Maka Arifin C. Noer menyadur catatan
sejarah dalam buku ‘Percobaan Kudeta Gerakan 30 September di Indonesia’ yang ditulis oleh sejarawan militer Nugroho Notosutanto dan investigator Ismail Saleh.
Pernah Menjadi Box Office
Film G30S/PKI nyatanya pernah meduduki puncak tertinggi sebagai film
paling banyak ditonton yakni mencapai hampir 700 ribu penonton. Rekor
tersebut belum terpecahkan hingga tahun 1995.
Ganti Judul
Pada mulanya film ini berjudul sejarah Orde Baru. Dengan berbagai
pertimbangan judul tersebut kemudian diganti menjadi pengkhianatan
G30S/PKI.
Raih Penghargaan
Siapa sangka film yang diproduseri oleh Mantan Menteri Pendidikan di
era Presiden Soeharto, Nugroho Notosutanto, pernah meraih penghargaan
Piala Antemas untuk kategori film unggulan terlaris 1984-1985. Sementara
Arifin sendiri berhasil menggondol Piala Citra untuk kategori penulis
skenario terbaik.
Harapan Arifin tentang Film G30S PKI
Arifin pernah mengatakan bahwa dirinya menginginkan film G30S PKI
sebagai sebuah film yang mendidik dan renungan tanpa pesan kebencian
bagi para penontonnya. Namun harapan Arifin tidak sepenuhnya tercapai
karena ada pihak yang merasa bahwa film G30S/PKI melenceng dari sejarah
dan memojokan pihak-pihak tertentu.
Adanya Larangan Berdiskusi
Konon sebelum film G30S/PKI diputar untuk khalayak umum, Soeharto
beserta para pihak yang terlibat dalam operasi penumpasan tersebut telah
lebih dulu menonton. Setelah diputar, masyarakat dilarang untuk sekedar
mendiskusikan isi film tersebut.
Penuh Adegan Kekerasan
Film berdurasi panjang ini penuh dengan adegan kekerasan, ancaman, jerit, tangis dan darah.
Melenceng dari Sejarah
Banyaknya pihak yang meragukan kebenaran informasi yang disajikan
dalam film G30S/PKI termasuk protes keras dari TNI AU yang merasa
dipojokkan membuat film ini dihentikan. Bukan tanpa alasan, para
sejarawan menyebut bahwa banyak fakta yang melenceng. Contohnya mengenai
peta Indonesia yang berada di ruang Kostrad sudah memuat Timor Timur
sebagai wilayah Indonesia. Pada faktanya di tahun terjadinya G30S/PKI
Timor Timur belum terintegrasi dengan Indonesia.
Berhenti Tayang di tahun 1998
Penghentian film Pengkhianatan G30S/PKI terjadi setelah 4 bulan
lengsernya Soeharto sebagai presiden RI. Sejak saat itu film G30S/PKI,
Janur Kuning dan Serangan Fajar dilarang tayang oleh Menteri Penerangan
kala itu, Yunus Yosfiah. Alasannya karena ketiga film tersebut tidaklah
sesuai dengan semangat reformasi. Maka sejak saat itu TVRI dan stasiun
TV swasta lainnya tidak pernah memutar film tersebut hingga kini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar